Seperti
yang sudah saya bahas pada topic lain yaitu hubungan antara nyeri haid dan juga
endometriosis, endometriosis ini erat kaitan dengan nyeri pada saat haid. Mungkin
istilah ini memang begitu familiar bagi sebagian kalangan, tapi sebenarnya
endometriosisi adalah penyakit yang sangat menakutkan. Sampai saat ini penyebab
serta obat nya belum diketahui secara pasti.
Endometriosis
sering ditemukan pada wanita remaja dan usia reproduksi dari seluruh etnis dan
kelompok masyarakat, walaupun tidak tertutup kemungkinan ditemukannya kasus
pada wanita perimenopause, menopause dan pascamenopause.
Insidensi
endometriosis di Amerika 6-10 % dari wanita usia reproduksi. Di Indonesia sendiri, insidensi pasti dari
endometriosis belum diketahui.
Endometriosis
adalah suatu penyakit ginekologis yang paling umum. Beberapa wanita tidak
mempunyai gejala dari endometriosis. Penyakit ini dapat menimbulkan dampak yang
besar dalam kehidupan wanita dan mempengaruhi mutu hidupnya seperti berdampak
pada hubungannya dengan orang lain (pria), juga terhadap aktivitasnya
sehari-hari. Seorang wanita mungkin tidak akan mengetahui bahwa dirinya memiliki
gejala atau mengidap
penyakit ini sebelum ia mendapatkan masalah dalam mengupayakan kehamilan.
penyakit ini sebelum ia mendapatkan masalah dalam mengupayakan kehamilan.
Pengertian Endometriosis
Endometriosis
adalah implan jaringan (sel-sel kelenjar dan stroma) abnormal mirip endometrium
(endometrium like tissue) yang tumbuh di sisi luar kavum uterus, dan memicu
reaksi peradangan menahun.
Kata
endometriosis berasal dari kata endometrium, endo berarti di dalam dan metrium
yang berarti ibu. Endometrium adalah lapisan yang terdapat pada rahim. Apabila
seorang wanita tidak hamil, lapisan tersebut tumbuh dan kemudian meluruh setiap
bulannya, hal ini disebut menstruasi. Endometriosis terjadi ketika jaringan
yang terdapat di bagian dalam kandungan tumbuh di luar kandungan (uterus), umumnya pada permukaan
organ atau berada di bagian badan
dalam area abdominal dan panggul
(pelvic), dengan kata lain tidak tumbuh pada tempat seharusnya.
Pada
endometriosis, lapisan yang menyerupai endometrium tumbuh dan ditemukan di luar
rahim. Lapisan endometrium yang terdapat di luar rahim juga member respon
terhadap siklus menstruasi, sama seperti lapisan endometrium di dalam rahim
dimana pada menstruasi, lapisan endometrium akan meluruh dan berdarah.
Bagaimanapun juga lapisan endometrium yang berada di luar rahim tidak memiliki
jalan keluar untuk perdarahan yang dialaminya setiap bulan sehingga lapisan
disekitarnya akan meradang dan membengkak.
Kebanyakan endometriosis ditemukan dalam rongga yang mengenai panggul yaitu pada bagian atas atau di bawah indung telur, di belakang uterus, pada bagian atas jaringan yang melindungi uterus, pada bagian atas perut atau kandung kemih, dan pada beberapa kasus yang jarang terjadi, endometriosis dapat berkembang dalam bagian lain atau pada paru-paru.
Mekanisme
Terjadinya Endometriosis
Mekanisme
terjadinya endometriosis belum diketahui secara pasti dan sangat kompleks, berikut
ini beberapa etiologi endometriosis yang telah diketahui:
•
Regurgitasi haid
•
Gangguan imunitas
•
Luteinized unruptured follicle (LUF)
•
Spektrum disfungsi ovarium
Mekanisme Perkembangan Endometriosis
•
Penyusukan sel endometrium dari haid berbalik
(Sampson)
•
Metaplasia epitel selomik (Meyer-iwanoff)
•
Penyebaran limfatik (Halban-Javert) dan Vaskuler
(Navatril)
•
Sisa sel epitel Muller embrionik (von recklinghausen-Russel)
•
Perubahan sel genitoblas (De-Snoo)
•
Penyebaran iatrogenik atau pencangkokan mekanik
(Dewhurst)
•
Imunodefisiensi lokal
•
Cacat enzim aromatase
Darah
haid yang berbalik ke rongga peritoneum diketahui mampu berimplantasi pada
permukaan peritoneum dan merangsang metaplasia peritoneum, kemudian merangsang
angiogenesis. Hal ini dibuktikan dengan lesi endometriosis sering dijumpai pada
daerah yang meningkat vaskularisasinya.
Pentingnya
selaput mesotelium yang utuh dapat dibuktikan pada penelusuran dengan mikroskop
elektron, terlihat bahwa serpih haid atau endometrium hanya menempel pada sisi
epitel yang selaputnya hilang atau rusak.
Lesi
endometriosis terbentuk jika endometrium menempel pada selaput peritoneum. Hal
ini terjadi karena pada lesi endometriosis, sel, dan jaringan terdapat protein
intergin dan kadherin yang berpotensi terlibat dalam perkembangan endometriosis.
Molekul perekat haid seperti (cell-adhesion molecules, CAMs) hanya ada di
endometrium, dan tidak berfungsi pada lesi endometriosis.
Teori
pencangkokan Sampson merupakan teori yang paling banyak diterima untuk
endometriosis peritoneal. Semua wanita usia reproduksi diperkirakan memiliki
endometriosis peritoneal, didasarkan pada fakta bahwa hampir semu wanita dengan
tuba falopi yang paten melabuhkan endometrium hidup ke rongga peritoneum semasa
haid dan hampir semua wanita mengalami endometriosis minimal sampai ringan
ketika dilakukan laparoskopi. Begitu juga ditemukannya jaringan endometriosis
pada irisan serial jaringan pelvik pada wanita 40 tahunan dengan tuba falopi
paten dan siklus haid normal. Walaupun demikian tidak setiap wanita yang
mengalami retrograde menstruasi akan menderita endometriosis.
Baliknya
darah haid ke peritoneum, menyebabkan kerusakan selaput mesotel sehingga
memajankan matriks extraseluler dan menciptakan sisi perlekatan bagi jaringan
endometrium. Jumlah haid dan komposisinya, yaitu nisbah antara jaringan kelenjar
dan stroma serta sifat-sifat biologis bawaan dari endometrium sangat memegang
peranan penting pada kecenderungan perkembangan endometriosis. Setelah
perekatan matriks ekstraseluler, metaloperoksidasenya sendiri secara aktif memulai
pembentukan ulang matriks ekstraseluler sehingga menyebabkan invasi endometrium
ke dalam rongga submesotel peritoneum.
Dalam biakan telah ditemukan bahwa penyebab kerusakan sel-sel mesotel adalah endometrium haid, bukan endometrium fase proliperatif, kerusakan endometrium ditemukan sepanjang metastase. Kemungkinan pengaruh buruk isi darah haid telah dipelajari pada biakan gabungan dengan lapisan tunggal sel mesotel, terlihat bahwa endometrium haid yang luruh, endometrium haid yang tersisip, serum haid dan medium dari jaringan biakan haid, menyebabkan kerusakan hebat sel-sel mesotel, kemungkinan berhubungan dengan apoptosis dan nekrosis.
Endometriosis
merupakan penyakit yang bergantung dengan kadar estrogen akibat P450 aromatase
dan defisiensi 17 beta-hidrohidroksisteroid dehidrogenase. Aromatase
mengkatalisis sintesis estron dan estradiol dari androstenedion dan testosteron,
dan berada pada sel retikulum endoplasma. Pada sel granulosa 17beta-hidrohidroksisteroid
dehidrogenase mengubah estrogen kuat (estradiol) menjadi estrogen lemah
(estron).
Endometrioma
dan invasi endometriosis ekstraovarium mengandung aromatase kadar tinggi,
faktor pertumbuhan, sitokin dan beberapa faktor lain berperan sebagai pemacu
aktivitas aromatase melalui jalur cAMP.
17beta-hidrohidroksisteroid
dehidrogenase mengubah estrogen kuat (estradiol) menjadi estrogen lemah
(estron) yang kurang aktif, yang tidak ditemukan pada fase luteal jaringan
endometriosis.10 Hal ini menunjukkan adanya resistensi selektif gen sasaran
tertentu terhadap kerja progesteron. Resistensi juga terjadi dilihat dari
gagalnya endometriosis untuk beregresi dengan pemberian progestin.
Diferensiasi
klasik sel-sel endometrium bergantung pada hormon steroid sex dapat dibatalkan
oleh beberapa faktor, seperti: interferon-gamma yang dilepas di dalam
endometrium eutopik pada sambungan endometrio-miometrium. Secara invitro telah
diketahui mekanisme yang mendasari polarisasi spasial endometrium eutopik
menjadi lapisan basal dan superfisial. Lapisan basal merupakan sisi metaplasia
siklik aktif sel-sel stroma endometrium basal untuk menjadi miofibroblas atau
sebaliknya.
Aktivitas
morfologis endometrium terlaksana di dalam lapisan superfisial oleh pradesidualisasi
dan perdarahan haid, sedangkan di kompartemen zona lapisan basal oleh
metaplasia dan diferensiasi otot polos secara siklik.
Peritoneum
bereaksi terhadap serpihan darah haid, berupa berhentinya perekatan sel-sel
endometrium yang viable ke peritoneum, yang kemudian dapat berubah bentuk
menjadi lesi endometriosis. Dalam hal ini ikut berperan faktor imunologi.
Sistem imunitas yang terdapat dalam aliran darah peritoneal berupa limfosit B, T,
dan Natural Killer (NK). Kemudian terjadi pengaktifan makrofag namun tidak
dapat membersihkan rongga pelvik dari serpih darah haid. Aktitas sel NK menurun
pada penderita endometriosis sehingga menyebabkan penurunan imunitas seluler.
Diagnosis Klinis
1. Anamnesis
Keluhan utama pada endometriosis adalah nyeri. Nyeri pelvik
kronis yang disertai infertilitas juga merupakan masalah klinis utama pada
endometriosis. Endometrium pada organ tertentu akan menimbulkan efek yang
sesuai dengan fungsi organ tersebut, sehingga lokasi penyakit dapat diduga.
Riwayat dalam keluarga sangat penting untuk ditanyakan karena
penyakit ini bersifat diwariskan. Kerabat jenjang pertama berisiko tujuh kali
lebih besar untuk mengalami hal serupa. Endometriosis juga lebih mungkin
berkembang pada saudara perempuan monozigot daripada dizigot. Rambut dan nevus
displastik telah diperlihatkan berhubungan dengan endometriosis.
2. Tanda dan Gejala
Gejala dan tanda pada endometriosis tidak spesifik. Gejala
pada endometriosis biasanya disebabkan oleh pertumbuhan jaringan endometriosis,
yang dipengaruhi hormon ovarium selama siklus haid, berupa nyeri pada daerah
pelvik, akibat dari:
•
melimpahnya darah dari endometrium sehingga merangsang
peritoneum.
•
kontraksi uterus akibat meningkatnya kadar
prostaglandin (PGF2alpha dan PGE) yang dihasilkan oleh jaringan endometriosis
itu sendiri.
Dismenore pada endometriosis umumnya bersifat sekunder atau
peningkatan dari yang primer, dimenore dan dispareuni makin mengarah ke
endometriosis jika gejala muncul bertahun-tahun dengan haid dan senggama yang
semula tanpa nyeri. Semakin lama dan berat intensitas nyeri semakin berat
stadium endometriosis pada diagnosis awal.
Endometriosis juga dijumpai ekstrapelvik, sehingga
menimbulkan gejala yang tidak khas. Dispareunia juga dirasakan pada daerah
kavum douglas dan nyeri pinggang yang semakin berat selama haid nyeri rektum
dan saat defekasi juga dapat terjadi tergantung daeran invasi jaringan endometriosisnya.
Sering dirasakan nyeri pelvik siklik yang mungkin berkaitan dengan nyeri
traktus urinarius dan gastrointestinal.
Pada penderita endometriosis juga sering dijumpai
infertilitas. Gangguan
haid
berupa bercak prahaid atau hipermenore.
a. Pada pemeriksaan fisik
Jarang dilakukan kecuali penderita menunjukkan adanya gejala
fokal siklik pada daerah organ non ginekologi. Pemeriksaan dilakukan untuk
mencari penyebab nyeri yang letaknya kurang tegas dan dalam. Endometrioma pada
parut pembedahan dapat berupa pembengkakan yang nyeri dan lunak fokal dapat menyerupai
lesi lain seperti granuloma, abses dan hematom.
b. Pada pemeriksaan fisik ginekologik
Pada genitalia eksterna dan permukaan vagina biasanya tidak
ada kelainan. Lesi endometriosis terlihat hanya 14,4% pada pemeriksaan
inspekulo, sedangkan pada pemeriksaan manual lesi ini teraba pada 43,1%
penderita. Ada keterkaitan antara stenosis pelvik dan endometriosis pada penderita
nyeri pelvik kronik. Paling umum, tanda positif dijumpai pada pemeriksaan
bimanual dan rektovaginal.
Hasil pemeriksaaan fisik yang normal tidak menyingkirkan
diagnosis endometriosis, pemeriksaan pelvik sebagai pendekatan non bedah untuk
diagnosis endometriosis dapat dipakai pada endometrioma ovarium.
Jika tidak tersedia pemeriksaan penunjang lain yang lebih akurat untuk menegakkan diagnosis endometriosis, gejala, tanda fisis dan pemeriksaan bimanual dapat digunakan.
Teori- teori tentang penyebab Endometriosis
1.
Metaplasia
Metaplasia yaitu perubahan dari satu tipe jaringan normal
menjadi tipe jaringan normal lainnya. Beberapa jaringan endometrium memiliki
kemampuan dalam beberapa kasus untuk menggantikan jenis jaringan lain di luar
rahim. Beberapa peneliti percaya hal ini terjadi pada embrio, ketika
pembentukan rahim pertama. Lainnya percaya bahwa beberapa sel dewasa
mempertahankan kemampuan mereka dalam tahap embrionik untuk berubah menjadi
jaringan reproduksi.
2.
Menstruasi Mundur dan Transplantasi
Aliran menstruasi mundur (“retrograde menstrual flow”) di
mana sebagian dari jaringan rahim (endometrium) seorang wanita luruh menuju
pelvic atau area panggul selama masa mentruasinya. Cairan ini mengalir melalui
saluran tuba dan tersimpan pada organ panggul yang kemudian tumbuh menjadi
kista. Namun, ada sedikit bukti bahwa sel-sel endometrium dapat benar-benar
melekat dan tumbuh ke organ panggul perempuan. Bertahun-tahun kemudian, para
peneliti menemukan bahwa 90% wanita memiliki aliran mundur.
3.
Predisposisi genetik
Penelitian telah menunjukkan bahwa wanita dengan riwayat
keluarga menderita endometriosis lebih mungkin untuk terkena penyakit ini. Dan
ketika diturunkan maka penyakit ini cenderung menjadi lebihuruk pada generasi
berikutnya. Studi di seluruh dunia yang sedang berlangsung yaitu studi Endogene
Internationalmengadakan penelitian berdasarkan sampel darah dari wanita dengan
endometriosis dengan harapan mengisolasi sebuah gen endometriosis.
4.
Hormon dan Imunitas
Peneliti sedang
menyelidiki penyebab lain dari endometriosis yaitu yang berkaitan dengan
estrogen. Esterogen adalah suatu hormon yang terlibat dalam siklus reproduktif
wanita dan tampaknya ikut berperan dalam pertumbuhan endometriosis. Oleh karena
itu, beberapa riset sedang mempelajari endometriosis sebagai penyakit system
endokrin, sistem kelenjar tubuh, hormon dan sekresi lainnya. Mungkin saja
sistem kekebalan tubuh wanita tidak membuang cairan menstruasi dalam lubang
pelvic secara benar atau senyawa kimia yang dibuat dalam area endometriosis
mengiritasinya dan berperan aktif dalam pertumbuhan endometriosis.
Wanita yang mengkonsumsi daging merah lebih dari tujuh kali
dalam seminggu dapat meningkatkan risiko untuk menderita endometriosis. Dan
wanita yang mengkonsumsi daging setiap hari akan dua kali lipat lebih besar
kemungkinannya menderita endometriosis dibanding dengan wanita yang
mengkonsumsi hanya sedikit daging dan lebih banyak makan sayuran dan
buah-buahan.
Penelitian ini dilakukan di Italia, dengan melakukan interview
terhadap 500 wanita yang menderita endometriosis dan 500 wanita sehat, dengan
usia dan latar belakang yang sama. Ternyata wanita yang mengkonsumsi daging
dengan kategori jumlah terbanyak (daging sapi, daging merah lainnya dan daging
ham), meningkat risikonya 80 hingga 100% untuk menderita endometriosis.
Dibanding dengan wanita yang mengkonsumsi banyak sayuran dan
buah-buahan segar, risiko untuk menderita endometriosis hanya sekitar 40%.
Makanan yang mengandung fitoestrogen, seperti kacang kedelai, sayuran hijau dan
kacang-kacangan, dapat menurunkan tingkat sirkulasi dari estrogen dalam darah
dan tampaknya akan melindungi kita dari penyakit-penyakit seperti endometriosis
dan kanker indung telur. Sedang makanan yang tinggi akan lemak jenuh akan meningkatkan
konsentrasi estrogen dalam darah.
5.
Pengaruh lingkungan
Beberapa studi menunjukan bahwa faktor lingkungan dapat
menjadi kontributor terhadap perkembangan endometriosis, khususnya
senyawa-senyawa yang bersifat racun memiliki efek pada hormon-hormon reproduksi
dan respon sistem kekebalan tubuh,walaupun teori ini tidak terbukti dan masih
kontroversial.
Nah,
sudah cukup jelas kan tentang Endometriosis itu apa. Satu hal yang perlu
ditekankan bahwa penyakit ini belum ada obatnya. Sehingga yang perlu dilakukan
adalah pencegahan dengan selalu peduli dan peka dengan apa yang terjadi dengan
diri kita. Termasuk menilai gejala-gejala yang terjadi. Dan yang terpenting
selalu mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Semoga dijauhkan dari
penyakit ini dan penyakit berbahaya lainya. AMIIIN…
Sumber:
Anonim. _____. Bab 2 :
Tinjuan Kepustakaan Endometriosis. Jurnal (Online) Universitas Sumatera
Utara. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24617/4/Chapter%20II.pdf
Diakses pada 13 Desember 2013.
Dianna. 2011. Endometriosis,
Musuh Menakutkan bagi Wanita. http://www.faktailmiah.com/2011/02/13/endometriosis-musuh-menakutkan-bagi-wanita.html
Diakses pada 14 Desember 2013.
Journal of Human Reproduction (http://www.oxfordjournals.org)
Endometriosis by U.S. Department of
Health and Human Services NATIONAL INSTITUTES OF HEALTH
(http://www.nichd.nih.gov)
Sampson JA. 2009. Peritoneal
endometriosis due to menstrual dissemination of Endometrial tissueinto
peritoneal cavity. Am J Obstet Gynecol1927;
No. 14:69-422.
Wood,R. 2008.Causes.
(http://www.endometriosis.org/causes.html)
0 komentar:
Posting Komentar