E.P.I.D.E.M.I.O.L.O.G


Kata untuk sebuah profesi yang 2,5 tahun lalu masih sangat asing terdengar di telinga. Tapi, profesi itulah yang ingin aku sandang setelah lulus nanti.
Masih banyak masalah kesehatan terutama di wilayah asal saya yang belum tertangani. Sesuai dengan ungkapan adanya “Fenomena Gunung Es” dalam masalah kesehatan. Masalah-masalah yang nampak dan dapat tertangani hanyalah bagian puncak dari gunung es yang terlihat di permukaan. Akan tetapi, masih banyak masalah yang tidak terlihat dan justru merupakan masalah yang lebih besar dan berada di bawah permukaan.
Terlebih lagi, masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam pencegahan penyakit atau kegiatan preventif dan promotif kesehatan juga dapat menjadi faktor yang menambah keparahan masalah. Bahkan di lingkungan terdekat saya yaitu keluarga saya, kegiatan preventif dan promotif ini juga masih belum dilaksanakan dengan baik.
Menjadi epidemiolog merupakan langkah tepat bagi saya untuk mewujudkan harapan dalam membantu memecahkan masalah-masalah tersebut.
Menjadi epidemiolog merupakan langkah tepat bagi saya untuk mengaplikasikan ilmu-ilmu yang saya peroleh selama belajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat dan dalam Peminatan Epidemiologi.
Menjadi epidemiolog merupakan langkah tepat bagi saya untuk membuktikan kepada orang-orang terutama orang-orang terdekat di lingkungan saya bahwa kerja keras dan usaha selama menempuh masa kuliah yang sempat diremehkan, menjadi hal yang berguna dan bermanfaat dan tidak lagi dipandang sebelah mata.
#AkuEpidemiolog



Tugas Diskusi Teknologi Informasi

Tugas Diskusi Teknologi Informasi
Senin, 16 Desember 2013

Kelompok 5

Ketua              : Kevin Yudistira P     NIM 25010112120067
Sekertaris        : Dewi Ekowati          NIM 25010112120063
         Anggota :
Ida Mahfiroh               NIM 25010112120057
Winda Asriyani           NIM 25010112120058
Trifanny Arlita P         NIM 25010112120059
Dwi Puji Lestari          NIM 25010112120060
Yuli Fatmasari             NIM 25010112120061
Sri Madinah                NIM 25010112120062
Hana Maulida  M        NIM 25010112120064
Cika Nirbaya               NIM 25010112120065
Kunti Wijiarti              NIM 25010112120066
Yohana Novita Sari    NIM 25010112120068
Haryuti                        NIM 25010112120069
Riza Nurul Husna       NIM 25010112120070

Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
2013



A.    Pengertian Teknologi Informasi
a.       Menurut kamus oxford tahun 1995, Teknologi  informasi adalah studi atau peralatan elektronika komputer untuk menyimpan, menganalisa, dan mendistribusikan seluruh informasi. Misalnya gambar, suara, video dan data digital lainnya.
b.      Menurut Haag & keen tahun 1996, Teknologi informasi adalah seperangkat alat yang membantu manusia bekerja dengan informasi dan melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pemrosesan informasi.

B.     Pengertian Teknologi Informasi dan Komunikasi
a.       Menurut Anatta Sannai, (2004:20) Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah sebuah media atau alat bantu dalam memperoleh pengetahuan antara seseorang kepada orang lain.
b.      Menurut Puskur Diknas Indonesia (2003:2) Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mencakup dua aspek yaitu :
1.      Teknologi Informasi adalah meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi.
2.      Teknologi Komunikasi adalah segala hal yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya.
Secara lebih ringkas, Martin mengemukakan adanya keterkaitan erat antara teknologi informasi dan komunikasi, bahwa teknologi informasi lebih pada sistem pengelolaan informasi sedangkan teknologi komunikasi berfungsi untuk pengiriman informasi.
C.     Pengertian Sistem Informasi
Sistem Informasi merupakan Suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan:
1.      Kebutuhan pengolahan transaksi harian,
2.      Mendukung operasi,
3.      Bersifat manajerial dan kegiatan strategis dari suatu organisasi
4.      Menyediakan laporan yg diperlukan pihak luar tertentu
Sistem informasi berisi semua sumber dalam organisasi yang meliputi pengumpulan, pengelolaan, penggunaan dan penyebaran informasi.
D.    Tujuan Sistem Informasi
1.    Mengumpulkan, memproses dan mengubah informasi
2.    Mendukung kegiatan, manajemen dan pembuat keputusan




   SIK Sebagai Suatu Sistem
Suatu tatanan yang berurusan dengan pengumpulan , pengolahan, pengkajian dan penyampaian informasi yg dibutuhkan untuk melakukan tindakan pelayanan kesehatan.
Pelayanan Kesehatan :
1.      Pelayanan Masyarakat       : Pelayanan Program Kesehatan
2.      Pelayanan Individu           : Pelayanan Klinis
F.      SIK Sebagai Alat Organisasi
SIK sebagai alat yang berupa satu kesatuan / rangkaian kegiatan yang menyangkut seluruh tingkat administrasi yang mampu memberikan informasi kepada:
1.        Pengelola Program kesehatan ( Puskesmas, Dinas Kesehatan, Rumahsakit)
2.        Masyarakat
G.    Implementasi TI di Bidang Kesehatan Masyarakat
1.      Surveilans Epidemiologi:
Surveilans epidemiologi adalah pengumpulan dan pengamatan secara sistematik berkesinambungan, analisa dan interprestasi data kesehatan dalam proses menjelaskan dan memonitoring kesehatan dengan kata lain surveilans epidemiologi merupakan kegiatan pengamatan secara teratur dan terus menerus terhadap semua aspek kejadian penyakit dan kematian akibat penyakit tertentu, baik keadaan maupun penyebarannya dalam suatu masyarakat tertentu untuk kepentingan pencegahan dan penanggulangan. (Noor,1997).
Keuntungan :
a.       Mempermudah pendataan sehingga penanganan pada pasien lebih cepat dan terarah
b.      Memudahkan pengolahan dan penyajian serta analisis data surveilans
c.       Data surveilans dapat disajikan secara spasial sehingga mudah dianalisis. Contohnya adalah pemanfaatan Sistem Informasi Geografis
d.      Memudahkan dalam penyebarluasan informasi hasil surveilans
Hambatan :
a.       Tidak semua SDM kesehatan menguasasi teknologi informasi sehingga membutuhkan biaya untuk pelatihan
b.      Anggaran dana untuk penerapan TI dalam sistem informasi cukup besar
c.       Dibutuhkan jaringan atau akses informasi yang kuat agar laporan atau pendataan surveilans dari daerah terpencil dapat diproses, dikirim atau disebar dengan baik
2.      Manajemen dan Perencanaan Program
Manajemen dan perencanaan yang diterapkan melalui implementasi TI seperti program kegiatan perencanaan tingkat puskesmas, pelaksanaan pengendalian rangkaian kegiatan mulai dari pengorganisasian , penyelenggaraan, pemantauan. Dengan bantuan TI manajemen serta perencanaan program yang dkehendaki dapat terlaksana secara terstruktur rapi dan runtut.
3.      Mengidentifikasi dan penyelesaian masalah Kesehatan
Dalam melakukan identifikasi masalah kesehatan ada kalanya memanfaatkan teknologi informasi, yaitu SPSS. SPSS merupakan perangkat lunak statistik komputer untuk mengolah data kesehatan dengan menerapakan prinsip dan metode statistic menjadi informasi yang dibutuhkan. Sehingga dapat terlihat kasus atau masalah kesehatan yang sedang dihadapi. Selain itu, juga ada aplikasi eHealth (electronic Health) dan mHealth ( mobile Health).  Sedangkan untuk mengatasi masalah dapat menggunakan WAN dan internet untuk mengatasi masalah komunikasi antar puskesmas juga menggunakan website untuk media dari puskesmas A ke puskesmas B.

H.    Manfaat Teknologi Informasi dalam Kesehatan Masyarakat
1.       Memudahkan setiap pasien untuk melakukan pengobatan di rumah sakit
2.      Memudahkan rumah sakit untuk mendaftar setiap pasien yang berobat di rumah sakit itu
3.      Mencegah kesalahan medis
4.      Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
5.      Semua kegiatan di rumah sakit terkontrol dengan baik / bekerja secara terstruktur
6.      Mengurangi Biaya pelayanan kesehatan
7.      Meningkatkan efisiensi administratif
8.      Memperluas akses pada pelayanan kesehatan yang terjangkau
9.      Mengurangi penggunaan kertas

I.       Contoh aplikasi Sistem Informasi
1.      Health Early Warning System (HEWS)
Diperlukan juga suatu upaya untuk meminimalkan resiko yang akan terjadi dengan menggunakan suatu peringatan dini terhadap tingkat kesehatan suatu perusahaan/masyarakat yang disebut dengan  health early warning system.
2.      SIM DBD (Sistem Informasi Manajemen Penyakit DBD)
Di Kota Semarang Sejak tahun 2007 telah dikembangkan Sistem Informasi Manajemen Penyakit DBD (SIM DBD) yang bersifat online. Dinas Kesehatan Kota Semarang telah mengembangkan Sistem Informasi Manajemen Demam Berdarah Dengue (SIM DBD)yang dirancang untuk memenuhi kewajiban Rumah Sakit dalam melaporkan kasus DBD secara tepat waktu dan mendukung pengambilan keputusan di tingkat DKK dan Puskesmaas. Namun masih dirasakan keterlambatan dalam pelaporan dari masyarakat dan pelayanan kesehatan, sehingga perlu dikembangakan dukungan lain, yaitu berupa sistem yang mampu menampung laporan kasus dari masyarakat dan institusi pelayanan kesehatan secara langsung.
3.      Early Warning Outbreak Recognition System (EWORS).
Badan Litbangkes berkerja sama dengan Namru 2 telah mengembangkan suatu sistem surveilans dengan menggunakan teknologi informasi (computerize) yang disebut dengan Early Warning Outbreak Recognition System (EWORS). EWORS adalah suatu sistem jaringan informasi yang menggunakan internet yang bertujuan untuk menyampaikan berita adanya kejadian luar biasa pada suatu daerah di seluruh Indonesia ke pusat EWORS secara cepat (Badan Litbangkes, Depkes RI).
Melalui sistem ini peningkatan dan penyebaran kasus dapat diketahui dengan cepat, sehingga tindakan penanggulangan penyakit dapat dilakukan sedini mungkin. Dalam masalah DBD kali ini EWORS telah berperan dalam hal menginformasikan data kasus DBD dari segi jumlah, gejala/karakteristik penyakit, tempat/lokasi, dan waktu kejadian dari seluruh rumah sakit DATI II di Indonesia (Sidemen A., 2003)



Endometriosis: Penyakit Misterius dan Menakutkan




Seperti yang sudah saya bahas pada topic lain yaitu hubungan antara nyeri haid dan juga endometriosis, endometriosis ini erat kaitan dengan nyeri pada saat haid. Mungkin istilah ini memang begitu familiar bagi sebagian kalangan, tapi sebenarnya endometriosisi adalah penyakit yang sangat menakutkan. Sampai saat ini penyebab serta obat nya belum diketahui secara pasti.
Endometriosis sering ditemukan pada wanita remaja dan usia reproduksi dari seluruh etnis dan kelompok masyarakat, walaupun tidak tertutup kemungkinan ditemukannya kasus pada wanita perimenopause, menopause dan pascamenopause.
Insidensi endometriosis di Amerika 6-10 % dari wanita usia reproduksi.  Di Indonesia sendiri, insidensi pasti dari endometriosis belum diketahui.
Endometriosis adalah suatu penyakit ginekologis yang paling umum. Beberapa wanita tidak mempunyai gejala dari endometriosis. Penyakit ini dapat menimbulkan dampak yang besar dalam kehidupan wanita dan mempengaruhi mutu hidupnya seperti berdampak pada hubungannya dengan orang lain (pria), juga terhadap aktivitasnya sehari-hari. Seorang wanita mungkin tidak akan mengetahui bahwa dirinya memiliki gejala atau mengidap
penyakit ini sebelum ia mendapatkan masalah dalam mengupayakan kehamilan.

Pengertian Endometriosis
Endometriosis adalah implan jaringan (sel-sel kelenjar dan stroma) abnormal mirip endometrium (endometrium like tissue) yang tumbuh di sisi luar kavum uterus, dan memicu reaksi peradangan menahun.
Kata endometriosis berasal dari kata endometrium, endo berarti di dalam dan metrium yang berarti ibu. Endometrium adalah lapisan yang terdapat pada rahim. Apabila seorang wanita tidak hamil, lapisan tersebut tumbuh dan kemudian meluruh setiap bulannya, hal ini disebut menstruasi. Endometriosis terjadi ketika jaringan yang terdapat di bagian dalam kandungan tumbuh di luar  kandungan (uterus), umumnya pada permukaan organ atau berada di  bagian badan dalam  area abdominal dan panggul (pelvic), dengan kata lain tidak tumbuh pada tempat seharusnya.
Pada endometriosis, lapisan yang menyerupai endometrium tumbuh dan ditemukan di luar rahim. Lapisan endometrium yang terdapat di luar rahim juga member respon terhadap siklus menstruasi, sama seperti lapisan endometrium di dalam rahim dimana pada menstruasi, lapisan endometrium akan meluruh dan berdarah. Bagaimanapun juga lapisan endometrium yang berada di luar rahim tidak memiliki jalan keluar untuk perdarahan yang dialaminya setiap bulan sehingga lapisan disekitarnya akan meradang dan membengkak.

 



Kebanyakan endometriosis ditemukan dalam rongga yang mengenai panggul yaitu pada bagian atas atau di bawah indung telur,  di belakang uterus, pada bagian atas jaringan yang melindungi uterus, pada bagian atas perut atau kandung kemih, dan pada beberapa kasus yang jarang terjadi, endometriosis dapat berkembang dalam bagian lain atau pada paru-paru.




Mekanisme Terjadinya Endometriosis
Mekanisme terjadinya endometriosis belum diketahui secara pasti dan sangat kompleks, berikut ini beberapa etiologi endometriosis yang telah diketahui:
        Regurgitasi haid
        Gangguan imunitas
        Luteinized unruptured follicle (LUF)
        Spektrum disfungsi ovarium
Mekanisme Perkembangan Endometriosis
        Penyusukan sel endometrium dari haid berbalik (Sampson)
        Metaplasia epitel selomik (Meyer-iwanoff)
        Penyebaran limfatik (Halban-Javert) dan Vaskuler (Navatril)
        Sisa sel epitel Muller embrionik (von recklinghausen-Russel)
        Perubahan sel genitoblas (De-Snoo)
        Penyebaran iatrogenik atau pencangkokan mekanik (Dewhurst)
        Imunodefisiensi lokal
        Cacat enzim aromatase
Darah haid yang berbalik ke rongga peritoneum diketahui mampu berimplantasi pada permukaan peritoneum dan merangsang metaplasia peritoneum, kemudian merangsang angiogenesis. Hal ini dibuktikan dengan lesi endometriosis sering dijumpai pada daerah yang meningkat vaskularisasinya.
Pentingnya selaput mesotelium yang utuh dapat dibuktikan pada penelusuran dengan mikroskop elektron, terlihat bahwa serpih haid atau endometrium hanya menempel pada sisi epitel yang selaputnya hilang atau rusak.
Lesi endometriosis terbentuk jika endometrium menempel pada selaput peritoneum. Hal ini terjadi karena pada lesi endometriosis, sel, dan jaringan terdapat protein intergin dan kadherin yang berpotensi terlibat dalam perkembangan endometriosis. Molekul perekat haid seperti (cell-adhesion molecules, CAMs) hanya ada di endometrium, dan tidak berfungsi pada lesi endometriosis.
Teori pencangkokan Sampson merupakan teori yang paling banyak diterima untuk endometriosis peritoneal. Semua wanita usia reproduksi diperkirakan memiliki endometriosis peritoneal, didasarkan pada fakta bahwa hampir semu wanita dengan tuba falopi yang paten melabuhkan endometrium hidup ke rongga peritoneum semasa haid dan hampir semua wanita mengalami endometriosis minimal sampai ringan ketika dilakukan laparoskopi. Begitu juga ditemukannya jaringan endometriosis pada irisan serial jaringan pelvik pada wanita 40 tahunan dengan tuba falopi paten dan siklus haid normal. Walaupun demikian tidak setiap wanita yang mengalami retrograde menstruasi akan menderita endometriosis.
Baliknya darah haid ke peritoneum, menyebabkan kerusakan selaput mesotel sehingga memajankan matriks extraseluler dan menciptakan sisi perlekatan bagi jaringan endometrium. Jumlah haid dan komposisinya, yaitu nisbah antara jaringan kelenjar dan stroma serta sifat-sifat biologis bawaan dari endometrium sangat memegang peranan penting pada kecenderungan perkembangan endometriosis. Setelah perekatan matriks ekstraseluler, metaloperoksidasenya sendiri secara aktif memulai pembentukan ulang matriks ekstraseluler sehingga menyebabkan invasi endometrium ke dalam rongga submesotel peritoneum.

Dalam biakan telah ditemukan bahwa penyebab kerusakan sel-sel mesotel adalah endometrium haid, bukan endometrium fase proliperatif, kerusakan endometrium ditemukan sepanjang metastase. Kemungkinan pengaruh buruk isi darah haid telah dipelajari pada biakan gabungan dengan lapisan tunggal sel mesotel, terlihat bahwa endometrium haid yang luruh, endometrium haid yang tersisip, serum haid dan medium dari jaringan biakan haid, menyebabkan kerusakan hebat sel-sel mesotel, kemungkinan berhubungan dengan apoptosis dan nekrosis.


Endometriosis merupakan penyakit yang bergantung dengan kadar estrogen akibat P450 aromatase dan defisiensi 17 beta-hidrohidroksisteroid dehidrogenase. Aromatase mengkatalisis sintesis estron dan estradiol dari androstenedion dan testosteron, dan berada pada sel retikulum endoplasma. Pada sel granulosa 17beta-hidrohidroksisteroid dehidrogenase mengubah estrogen kuat (estradiol) menjadi estrogen lemah (estron).
Endometrioma dan invasi endometriosis ekstraovarium mengandung aromatase kadar tinggi, faktor pertumbuhan, sitokin dan beberapa faktor lain berperan sebagai pemacu aktivitas aromatase melalui jalur cAMP.
17beta-hidrohidroksisteroid dehidrogenase mengubah estrogen kuat (estradiol) menjadi estrogen lemah (estron) yang kurang aktif, yang tidak ditemukan pada fase luteal jaringan endometriosis.10 Hal ini menunjukkan adanya resistensi selektif gen sasaran tertentu terhadap kerja progesteron. Resistensi juga terjadi dilihat dari gagalnya endometriosis untuk beregresi dengan pemberian progestin.
Diferensiasi klasik sel-sel endometrium bergantung pada hormon steroid sex dapat dibatalkan oleh beberapa faktor, seperti: interferon-gamma yang dilepas di dalam endometrium eutopik pada sambungan endometrio-miometrium. Secara invitro telah diketahui mekanisme yang mendasari polarisasi spasial endometrium eutopik menjadi lapisan basal dan superfisial. Lapisan basal merupakan sisi metaplasia siklik aktif sel-sel stroma endometrium basal untuk menjadi miofibroblas atau sebaliknya.

 




Aktivitas morfologis endometrium terlaksana di dalam lapisan superfisial oleh pradesidualisasi dan perdarahan haid, sedangkan di kompartemen zona lapisan basal oleh metaplasia dan diferensiasi otot polos secara siklik.
Peritoneum bereaksi terhadap serpihan darah haid, berupa berhentinya perekatan sel-sel endometrium yang viable ke peritoneum, yang kemudian dapat berubah bentuk menjadi lesi endometriosis. Dalam hal ini ikut berperan faktor imunologi. Sistem imunitas yang terdapat dalam aliran darah peritoneal berupa limfosit B, T, dan Natural Killer (NK). Kemudian terjadi pengaktifan makrofag namun tidak dapat membersihkan rongga pelvik dari serpih darah haid. Aktitas sel NK menurun pada penderita endometriosis sehingga menyebabkan penurunan imunitas seluler.
Diagnosis Klinis
1.    Anamnesis
Keluhan utama pada endometriosis adalah nyeri. Nyeri pelvik kronis yang disertai infertilitas juga merupakan masalah klinis utama pada endometriosis. Endometrium pada organ tertentu akan menimbulkan efek yang sesuai dengan fungsi organ tersebut, sehingga lokasi penyakit dapat diduga.
Riwayat dalam keluarga sangat penting untuk ditanyakan karena penyakit ini bersifat diwariskan. Kerabat jenjang pertama berisiko tujuh kali lebih besar untuk mengalami hal serupa. Endometriosis juga lebih mungkin berkembang pada saudara perempuan monozigot daripada dizigot. Rambut dan nevus displastik telah diperlihatkan berhubungan dengan endometriosis.
2.    Tanda dan Gejala
Gejala dan tanda pada endometriosis tidak spesifik. Gejala pada endometriosis biasanya disebabkan oleh pertumbuhan jaringan endometriosis, yang dipengaruhi hormon ovarium selama siklus haid, berupa nyeri pada daerah pelvik, akibat dari:
        melimpahnya darah dari endometrium sehingga merangsang peritoneum.
        kontraksi uterus akibat meningkatnya kadar prostaglandin (PGF2alpha dan PGE) yang dihasilkan oleh jaringan endometriosis itu sendiri.
Dismenore pada endometriosis umumnya bersifat sekunder atau peningkatan dari yang primer, dimenore dan dispareuni makin mengarah ke endometriosis jika gejala muncul bertahun-tahun dengan haid dan senggama yang semula tanpa nyeri. Semakin lama dan berat intensitas nyeri semakin berat stadium endometriosis pada diagnosis awal.
Endometriosis juga dijumpai ekstrapelvik, sehingga menimbulkan gejala yang tidak khas. Dispareunia juga dirasakan pada daerah kavum douglas dan nyeri pinggang yang semakin berat selama haid nyeri rektum dan saat defekasi juga dapat terjadi tergantung daeran invasi jaringan endometriosisnya. Sering dirasakan nyeri pelvik siklik yang mungkin berkaitan dengan nyeri traktus urinarius dan gastrointestinal.
Pada penderita endometriosis juga sering dijumpai infertilitas.  Gangguan
haid berupa bercak prahaid atau hipermenore.
a.    Pada pemeriksaan fisik
Jarang dilakukan kecuali penderita menunjukkan adanya gejala fokal siklik pada daerah organ non ginekologi. Pemeriksaan dilakukan untuk mencari penyebab nyeri yang letaknya kurang tegas dan dalam. Endometrioma pada parut pembedahan dapat berupa pembengkakan yang nyeri dan lunak fokal dapat menyerupai lesi lain seperti granuloma, abses dan hematom.
b.   Pada pemeriksaan fisik ginekologik
Pada genitalia eksterna dan permukaan vagina biasanya tidak ada kelainan. Lesi endometriosis terlihat hanya 14,4% pada pemeriksaan inspekulo, sedangkan pada pemeriksaan manual lesi ini teraba pada 43,1% penderita. Ada keterkaitan antara stenosis pelvik dan endometriosis pada penderita nyeri pelvik kronik. Paling umum, tanda positif dijumpai pada pemeriksaan bimanual dan rektovaginal.
Hasil pemeriksaaan fisik yang normal tidak menyingkirkan diagnosis endometriosis, pemeriksaan pelvik sebagai pendekatan non bedah untuk diagnosis endometriosis dapat dipakai pada endometrioma ovarium.

Jika tidak tersedia pemeriksaan penunjang lain yang lebih akurat untuk menegakkan diagnosis endometriosis, gejala, tanda fisis dan pemeriksaan bimanual dapat digunakan.


  

Teori- teori tentang penyebab Endometriosis
1.    Metaplasia
Metaplasia yaitu perubahan dari satu tipe jaringan normal menjadi tipe jaringan normal lainnya. Beberapa jaringan endometrium memiliki kemampuan dalam beberapa kasus untuk menggantikan jenis jaringan lain di luar rahim. Beberapa peneliti percaya hal ini terjadi pada embrio, ketika pembentukan rahim pertama. Lainnya percaya bahwa beberapa sel dewasa mempertahankan kemampuan mereka dalam tahap embrionik untuk berubah menjadi jaringan reproduksi.
2.    Menstruasi Mundur dan Transplantasi
Aliran menstruasi mundur (“retrograde menstrual flow”) di mana sebagian dari jaringan rahim (endometrium) seorang wanita luruh menuju pelvic atau area panggul selama masa mentruasinya. Cairan ini mengalir melalui saluran tuba dan tersimpan pada organ panggul yang kemudian tumbuh menjadi kista. Namun, ada sedikit bukti bahwa sel-sel endometrium dapat benar-benar melekat dan tumbuh ke organ panggul perempuan. Bertahun-tahun kemudian, para peneliti menemukan bahwa 90% wanita memiliki aliran mundur.
3.    Predisposisi genetik
Penelitian telah menunjukkan bahwa wanita dengan riwayat keluarga menderita endometriosis lebih mungkin untuk terkena penyakit ini. Dan ketika diturunkan maka penyakit ini cenderung menjadi lebihuruk pada generasi berikutnya. Studi di seluruh dunia yang sedang berlangsung yaitu studi Endogene Internationalmengadakan penelitian berdasarkan sampel darah dari wanita dengan endometriosis dengan harapan mengisolasi sebuah gen endometriosis.
4.    Hormon dan Imunitas
Peneliti  sedang menyelidiki penyebab lain dari endometriosis yaitu yang berkaitan dengan estrogen. Esterogen adalah suatu hormon yang terlibat dalam siklus reproduktif wanita dan tampaknya ikut berperan dalam pertumbuhan endometriosis. Oleh karena itu, beberapa riset sedang mempelajari endometriosis sebagai penyakit system endokrin, sistem kelenjar tubuh, hormon dan sekresi lainnya. Mungkin saja sistem kekebalan tubuh wanita tidak membuang cairan menstruasi dalam lubang pelvic secara benar atau senyawa kimia yang dibuat dalam area endometriosis mengiritasinya dan berperan aktif dalam pertumbuhan endometriosis.
Wanita yang mengkonsumsi daging merah lebih dari tujuh kali dalam seminggu dapat meningkatkan risiko untuk menderita endometriosis. Dan wanita yang mengkonsumsi daging setiap hari akan dua kali lipat lebih besar kemungkinannya menderita endometriosis dibanding dengan wanita yang mengkonsumsi hanya sedikit daging dan lebih banyak makan sayuran dan buah-buahan.
Penelitian ini dilakukan di Italia, dengan melakukan interview terhadap 500 wanita yang menderita endometriosis dan 500 wanita sehat, dengan usia dan latar belakang yang sama. Ternyata wanita yang mengkonsumsi daging dengan kategori jumlah terbanyak (daging sapi, daging merah lainnya dan daging ham), meningkat risikonya 80 hingga 100% untuk menderita endometriosis.
Dibanding dengan wanita yang mengkonsumsi banyak sayuran dan buah-buahan segar, risiko untuk menderita endometriosis hanya sekitar 40%. Makanan yang mengandung fitoestrogen, seperti kacang kedelai, sayuran hijau dan kacang-kacangan, dapat menurunkan tingkat sirkulasi dari estrogen dalam darah dan tampaknya akan melindungi kita dari penyakit-penyakit seperti endometriosis dan kanker indung telur. Sedang makanan yang tinggi akan lemak jenuh akan meningkatkan konsentrasi estrogen dalam darah.
5.    Pengaruh lingkungan
Beberapa studi menunjukan bahwa faktor lingkungan dapat menjadi kontributor terhadap perkembangan endometriosis, khususnya senyawa-senyawa yang bersifat racun memiliki efek pada hormon-hormon reproduksi dan respon sistem kekebalan tubuh,walaupun teori ini tidak terbukti dan masih kontroversial.


Nah, sudah cukup jelas kan tentang Endometriosis itu apa. Satu hal yang perlu ditekankan bahwa penyakit ini belum ada obatnya. Sehingga yang perlu dilakukan adalah pencegahan dengan selalu peduli dan peka dengan apa yang terjadi dengan diri kita. Termasuk menilai gejala-gejala yang terjadi. Dan yang terpenting selalu mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Semoga dijauhkan dari penyakit ini dan penyakit berbahaya lainya. AMIIIN…
















Sumber:

Anonim. _____. Bab 2 : Tinjuan Kepustakaan Endometriosis. Jurnal (Online) Universitas Sumatera Utara. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24617/4/Chapter%20II.pdf Diakses pada 13 Desember 2013.
Dianna. 2011. Endometriosis, Musuh Menakutkan bagi Wanita. http://www.faktailmiah.com/2011/02/13/endometriosis-musuh-menakutkan-bagi-wanita.html Diakses pada 14 Desember 2013.
Journal of Human Reproduction (http://www.oxfordjournals.org)
Endometriosis by U.S. Department of Health and Human Services NATIONAL INSTITUTES OF HEALTH (http://www.nichd.nih.gov)
Sampson JA. 2009. Peritoneal endometriosis due to menstrual dissemination of Endometrial tissueinto peritoneal cavity. Am J Obstet Gynecol1927;  No. 14:69-422.

Wood,R. 2008.Causes. (http://www.endometriosis.org/causes.html)

Diberdayakan oleh Blogger.

Buscar

 
NIM 069 Copyright © 2011 | Tema diseñado por: compartidisimo | Con la tecnología de: Blogger